Orang Jawa mengatakan “Banyak anak banyak rezeki.” Banyak
rezeki berarti semakin tinggi daya beli dan semakin tinggi kesejahteraan sosial
ekonomi suatu masyarakat. Lalu, apakah pepatah orang Jawa ini benar adanya atau
justru sebaliknya?
Banyak anak banyak rezeki menyiratkan bahwa
semakin banyak anak sebagai tenaga kerja maka akan semakin banyak penghasilan
yang didapatkan. Ketika semakin banyak penghasilan kita, maka bisa dikatakan
kita akan semakin sejahtera. Akan tetapi, perlu diingat apakah setiap anak
(sebagai tenaga kerja) memiliki kemampuan untuk mendapatkan pekerjaan. Selain
itu, apakah ada pekerjaan yang tersedia bagi mereka apabila pekerjaan tidak
bertambah seiring dengan jumlah pertambahan anak? Hal ini tentu akan menjadi
masalah ketika semakin banyak anak tetapi tidak diikuti dengan kemampuan anak
tersebut untuk mendapat pekerjaan dan tidak ada nya pertambahan jumlah lapangan
pekerjaan. Hal berikutnya yang akan
terjadi adalah pengangguran, kemiskinan, dan akhirnya peningkatan tindak kriminal.
Penambahan anak atau secara umum penduduk harus disertai
dengan kemampuan orang tua atau keluarga untuk mendidik mereka. Ketika sebuah
keluarga yang secara ekonomi kurang mampu dan memiliki banyak anak maka
kemungkinan besar anak mereka akan menjadi miskin jika sang orang tua tidak
mampu memberikan bekal kemampuan bagi mereka..
Sayangnya, keadaan
pertambahan penduduk (banyak anak) yang tidak diikuti dengan kemampuan untuk
menyediakan bekal yang layak masih banyak terjadi di Indonesia terutama di
masyarakat pedesaan. Sebagai contoh adalah masyarakat di daerah saya yang mana setiap pasangan masih memiliki sekitar tiga
sampai empat anak padahal sebagian besar keluarga di daerah saya adalah petani
atau pun buruh. Sebagai hasil fakta ini adalah kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat di daerah saya yang bisa dibilang masih kurang.
Untuk mengatasi masalah pertambahan penduduk dan
kesejahteraan masyarakat, sebenarnya, pemerintah sudah memiliki BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) dengan
kebijakan kebijakannya. Hanya saja, pada pelaksanaan program di lapangan mungkin
kurang maksimal, sehingga masih banyak keluarga yang taraf kesejahteraan sosial
ekonominya masih di bawah rata-rata.
Sebagai contoh kurang suksesnya pelaksanaan program
pemerintah (dalam mengatasi masalah kependudukan ini) adalah ketika saya bertanya kepada ibu saya
kenapa beliau tidak ikut program KB (Keluarga berencana), jawab beliau adalah karena kalau ikut KB (Keluarga Berencana) nanti malah sakit karena obatnya. Hal ini membuktikan bahwa penyuluhan yang
dilakukan pemerintah memang kurang merata dan kurang menyeluruh sehingga
pemahaman masyarakat masih kurang.
Pemerintah seharusnya menyadari bahwa masyarakat desa memiliki tingkat kesadaran akan
program pemerintah yang masih rendah. Sebagian besar masyarakat di daerah saya,
sebagai contoh, lebih mementingkan bekerja untuk memenuhi kebutuhan mereka
daripada harus berkumpul untuk mendengar ceramah oleh pegawai pemerintah.
Menurut saya, ada beberapa cara untuk memaksimalkan
pelaksanaan program pemerintah (karena menurut saya program pemerintah sudah bagus hanya saja
terkendala pada pelaksanaan di lapangan):
- Dalam setiap pelaksanaan penyuluhan, pemerintah sebaiknya menarik perhatian masa seperti dengan memberikan hadiah, diadakan acara lomba atau menampilkan pertunjukan wayang kulit/orang.
- Kalau memang perlu datangi dari rumah ke rumah. Hal ini untuk membujuk beberapa keluarga yang mungkin tingkat kesadarannya masih sangat rendah.
- Pilih pegawai lapangan yang lebih mengetahui seluk beluk daerah agar penyampaian penyuluhan lebih maksimal dan bisa diterima.
Apa pun yang dilakukan pemerintah saya berharap bahwa mereka
benar-benar melakukan itu untuk sepenuhnya kepentingan rakyat. Semoga pemerintah Indonesia
semakin baik dalam melaksanakan kebijakannya, begitu pula rakyat Indonesia
semoga semakin sejahtera secara sosial dan ekonomi.
Referensi:
http://www.bkkbn.go.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Kependudukan_dan_Keluarga_Berencana_Nasional
Referensi:
http://www.bkkbn.go.id/
http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Kependudukan_dan_Keluarga_Berencana_Nasional
0 comments:
Post a Comment